Anak-anak berguru memakai bahasa untuk banyak sekali keperluan, menyerupai untuk mencari dan menawarkan informasi, mengungkapkan perasaan dan tanggapan, menganalisa serta memecahkan permasalahan.
Pandangan Pappas, Kiefer dan Levstik mengemukakan 3 prinsip yang melandasi pembelajaran bahasa komunikasi dan interaksi, yaitu:
Pertama, belum dewasa yakni pembelajar yang aktif dan konstruktif. Mereka itu terus menerus menafsirkan dan memaknai dunianya menurut apa yang telah mereka ketahui.
Kedua, dalam kehidupan sosial, bahasa merupakan sistem utama untuk mengkomunikasikan dan mengungkapkan banyak sekali maksud, yang dipakai untuk banyak sekali tujuan, dan dinyatakan dengan banyak sekali cara, dengan memakai banyak sekali pola. Pandangan Pappas, Kiefer dan Levstik mengemukakan 3 prinsip yang melandasi pembelajaran bahasa komunikasi dan interaksi, yaitu:
Pertama, belum dewasa yakni pembelajar yang aktif dan konstruktif. Mereka itu terus menerus menafsirkan dan memaknai dunianya menurut apa yang telah mereka ketahui.
Ketiga, pengetahuan tersimpan di dalam benak atau pikiran setiap individu anak. Pengetahuan ini merupakan suatu kebulatan yang diorganisasikan dan dibangun melalui interaksi sosial. Dengan demikian, pengetahuan itu terus menerus bertambah dan berubah, dipengaruhi oleh budaya, kondisi lingkungan, serta peristiwa-peristiwa yang dialami oleh anak. Dan interaksi yang terjadi antara individu anak dengan lingkungannya itu berlangsung secara efektif melalui percakapan atau aktivitas bercakap-cakap.
Sedangkan struktur pengetahuan yang diperoleh anak melalui interaksi dan kerja sama disebut skemata. Skemata tersebut terus menerus berubah dan berkembang, makin usang makin luas dan rumit, membentuk peta semantik sebagai bab fungsi mental anak dan merupakan sarana untuk memahami sesuatu.
Contoh: Pendidik mengenalkan buah terung melalui kegiatan “bercakap-cakap”--(interaksi) Buah ini bentuknya lingkaran lonjong, warnanya ungu, namanya terung. (kolaborasi).
Mengenai fungsi mental di atas, menyerupai juga Piaget, Vigotsky percaya bahwa fungsi mental pada anak berkembang melalui interaksi sosial dengan lingkungannya. Dalam hal ini bahasa khususnya percakapan, merupakan sarana interaksi yang sangat penting.
Dari uraian tersebut, akan sangat gampang dipahami bahwa upaya pengembangan keterampilan berbahasa akan lebih gampang terjadi bila berlangsung sesuai dengan struktur pengetahuan anak. Ini berarti bahwa berguru bahasa akan lebih bermanfaat dan berhasil bila bahasa itu disajikan secara utuh mengenai suatu hal yang bermakna, sesuai dengan pemakaiannya, dalam konteks sosial budaya lingkungan anak.
Pandangan ini sesuai dengan pandangan bahwa bahasa holistik (whole language) yang merupakan falsafah dan keyakinan perihal hakikat berguru dan bagaimana anak sanggup berguru secara optimal (Weafer, 1990).
Pandangan yang berkembang semenjak pertengahan tahun 80-an ini ditopang oleh empat landasan dasar, yaitu : teori belajar, teori kebahasaan, pandangan perihal pembelajaran dan peranan pendidik, dan pandangan kurikulum menurut bahasa (language-centered curriculum).
Sumber : disarikan dari banyak sekali sumbe.
0 Response to "Cara Anak Berkomunikasi"
Post a Comment