Model Jaring Laba-Laba (Webbed) Dalam Pembelajaran Terpadu Tk-Paud

Bunda--sekalian, Model jaring laba-laba "Webbed", merupakan model pembelajaran terpadu yang memakai pendekatan tematik sebagai sentra pembelajaran yang dijabarkan dalam beberapa kegiatan dan/bidang pengembangan. Istilah ‘jaring laba-laba’ dipakai untuk nama model ini alasannya ialah bentuk rancangannya memang ibarat jala atau jaring yang dibentuk oleh laba-laba, dengan tema yang dibicarakan sebagai sentra atau laba-labanya.

Model webbed merupakan model pembelajaran terpadu yang memakai tema sebagai dasar pembelajaran. Model pembelajaran ini memadukan multi disiplin ilmu atau banyak sekali mata pelajaran yang diikat oleh satu tema (Robin F.1991). Pada dasarnya memakai pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Dalam Pembelajaran di PAUD, tema yang ditetapkan sanggup dipilih antara guru dengan anak didik atau sesama guru atau anak didik sendiri. Setelah tema telah disepakati maka dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan matapelajaran yang lain.

Dari sub-sub tema ini direncanakan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan anak didik. keuntungan dari model pembelajaran terpadu ini bagi anak didik ialah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh wacana kegiatan dari ilmu pengetahuan yang berbeda. Contoh: anak didik dan guru memnentukan tema contohnya binatang, maka guru mengajarkan tema hewan itu ke dalam sub-sub tema contohnya hewan ait, Binatang darat, hewan terbang, hewan melata, hewan mamalia dll.

KELEBIHAN DAN KETERBATASAN MODEL JARING LABA-LABA

Beberapa kelebihan dari model jaring laba-laba ini ialah sebagai berikut:
  1. Model ini juga memudahkan anak untuk melihat banyak sekali kegiatan atau banyak sekali gagasan yang berbeda, namun saling terkait dalam satu tema.
  2. Model jaring laba-laba relatif gampang dilakukan para guru, termasuk guru Taman Kanak-kanak pemula.
  3. Model ini mempermudah perencanaan kerja tim alasannya ialah semua anggota tim (guru) sebagai pengembang sanggup bekerja sama untuk menyebarkan semua bidang/aspek pengembangan melalui satu tema saja sehingga tidak terjadi ketumpang tindihan dalam materi pembelajaran.
  4. Pendekatan tematik menawarkan kejelasan ‘payung’ yang akan memotivasi anak maupun guru.
  5. Ada kekuatan motivasi yang berasal dari proses penentuan tema yang diminati oleh anak-anak.

Sedangkan keterbatasan model jaring laba-laba ialah sebagai berikut :
  1. Cukup sulit dalam menentukan dan menentukan tema
  2. Guru cenderung merumuskan tema yang dangkal, kurang dieksplorasi atau digali lebih dalam.
  3. Guru tetap harus sanggup memenuhi misi kurikulum baku..
  4. Sering kali guru lebih memperhatikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dari pada pengembangan konsep.

Pembelajaran melalui pendekatan tematis ibarat ini memang sangat sesuai untuk anak Taman Kanak-kanak alasannya ialah anak usia Taman Kanak-kanak masih berpikir secara holistik, belum terperinci per bagian.
Jadi kekuatan pembelajaran dengan pendekatan tema secara umum ialah sebagai berikut :
  1. Pengalaman dan kegiatan berguru relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
  2. Menyenangkan alasannya ialah bertolak dari minat dan kebutuhan anak
  3. Hasil berguru akan bertahan lebih usang alasannya ialah lebih berkesan dan bermakna
  4. Mengembangkan keterampilan berfikir dengan mencoba memecahkan banyak sekali permasalahan yang dihadapi
  5. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, bertoleransi, berkomunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

RANCANGAN PEMBELAJARAN TERPADU DI Taman Kanak-kanak DENGAN MODEL JARING LABA-LABA (WEBBED)

Langkah awal dalam menciptakan rancangan pembelajaran model apapun terlebih dahulu harus mempelajari kompetensi dasar, hasil berguru dan indikator pada setiap kelompok

usia TK. Kompetensi inilah yang nanti akan menjadi pola dalam pembelajaran, dengan pemilihan tema dan kegiatan yang sesuai.

A. MENGIDENTIFIKASI TEMA DAN SUB TEMA DAN MEMETAKANNYA

Tema memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran di TK, yaitu untuk :
  1. Memudahkan anak menetapkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu
  2. Memudahkan anak mempelajari pengetahuan dan menyebarkan banyak sekali bidang pengembangan dalam tema yang sama
  3. Meningkatkan pemahaman terhadap materi sehingga lebih mendalam dan berkesan
  4. Mengembangkan banyak sekali kompetensi bahasa dengan dengan lebih baik, dengan mengaitkan aspek pengembangan lain dan pengalaman pribadi anak
  5. Anak lebih mencicipi manfaat dan makna berguru alasannya ialah materi disajikan dalam konteks tema yang jelas
  6. Meningkatkan gairah berguru anak alasannya ialah mereka sanggup berkomunikasi dalam situasi yang nyata, contohnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat untukmengembangkan kemampuan berbahasa sekaligus bidang pengembangan lain
  7. Efisiensi waktu alasannya ialah bidang pengembangan yang disajikan secara terpadu sanggup dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga kali pertemuan. Waktu selebihnya sanggup dipakai untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan.

Agar tema sanggup berperan dengan optimal, guru perlu memperhatikan rambu-rambu dalam pembelajaran menurut tema atau pembelajaran tematis, yaitu sebagai berikut :
  1. Pembelajaran tematis dimaksudkan supaya pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh
  2. Dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan alokasi waktu setiap tema dan banyak sedikitnya materi yang ada di lingkungan sekitar.
  3. Tema dipilih mulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak
  4. Tema yang dihubungkan dengan hari-hari besar atau  istimewa, contohnya hari kemerdekaan, hari ibu, hari anak.

Selain itu, pemilihan tema yang akan dipakai dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak sanggup dikembangkan dengan memperhatikan banyak sekali kriteria, yaitu tema tersebut diubahsuaikan dengan :
1. Minat anak
2. Minat guru
3. Kebutuhan anak
4. Hari besar nasional atau hari istimewa
5. Kurikulum sekolah

B. MENGIDENTIFIKASI INDIKATOR PADA SETIAP KOMPETENSI BIDANG PENGEMBANGAN MELALUI TEMA DAN SUBTEMA

Setelah menentukan jaring tema maka langkah selanjutnya ialah mengindentifikasi indikator pada banyak sekali bidang pengembangan yang diubahsuaikan dengan jaring tema yang

telah di buat. Namun, apabila ada indikator yang cukup sulit diubahsuaikan dengan jaring tema yang ada, kita tidak perlu memaksakan diri. Sebaliknya yang lebih diutamakan ialah tercapainya kemampuan tersebut, bukan keterlaksanaan jaring tema.

C. MENENTUKAN KEGIATAN PADA SETIAP BIDAN PENGEMBANGAN DENGAN MENGACU PADA INDIKATOR YANG AKAN DICAPAI DAN SUBTEMA YANG DIPILIH

Pada langkah ini, dari setiap indikator yang telah ditentukan perlu dipikirkan kegiatan yang sesuai dengan tema dan subtema.

D. MENYUSUN RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Setelah kegiatan tersusun, selanjutnya kita perlu menciptakan planning kegiatan pembelajaran untuk satu ahad yang biasanya disebut dengan Satuan Kegiatan Mingguan (SKM).
Model SKM yang biasanya di Taman Kanak-kanak ada dua macam, yaitu dilihat dari sisi bentuk bagannya, sanggup dipakai bentuk webbed atau bentuk matrik. Sedang dari sisi pengorganisasian kelasnya, terdapat model pembelajaran kelompok dan model pembelajaran menurut minat.
Untuk SKM bentuk webbed  dengan model pembelajaran kelompok, bagannya bisa berupa jaring ibarat pada langkah ke-3, dengan perkiraan jaring tersebut akan dilaksanakan dalam 1 minggu.
SKM model pembelajaran kelompok ini sanggup juga pribadi ditampilkan dalam bentuk jaring per hari. Pada SKM bentuk ini, setiap bidang pengembangan, yaitu perilaku, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni diusahakan dibagi secara merata dalam jumlah hari belajar.

E. MENYUSUN RENCANA KEGIATAN HARIAN

Setelah SKM disusun, selanjutnya kita perlu menjabarkannya dalam planning kegiatan harian, yang biasanya disebut dengan Satuan Kegiatan Harian (SKH).

SKH terdiri dari dua model yang sanggup digunakan, yaitu bentuk webbed dan bentuk matrik. Kelebihan SKH bentuk webbed ialah kita dengan gampang sanggup melihat jenis kegiatan dalam satu hari secara keseluruhan, sedangkan kekurangannya ialah tahap demi tahap kegiatan semenjak pembukaan hingga dengan epilog tidak akan terlihat. Sebaliknya, SKH bentuk matriks memudahkan untuk melihat tahap-tahap kegiatan dari pembukaan hingga dengan penutup, juga alat dan sumber berguru diperlukan, tetapi membutuhkan waktu cukup usang untuk membuatnya.

Demikian model jaring laba-laba (Webbed) dalam Pembelajaran terpadu Taman Kanak-kanak dan PAUD, semoga bermanfaat, terimakasih.

Sumber: dirangkum dari banyak sekali sumber !!


Sumber https://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/

0 Response to "Model Jaring Laba-Laba (Webbed) Dalam Pembelajaran Terpadu Tk-Paud"

Post a Comment

wdcfawqafwef