---Di forum PAUD anak bermain dengan bahagia dan suka hati. Anak suka bermain lantaran kegiatan ini sangat menyenangkan dan menciptakan mereka bersuka cita. Bermain yaitu acara umum yang tidak dibatasi realitas. Melalui imajinasi, anak sanggup mengatur dunia bermainnya sendiri. Karena itu, anak bisa bermain sendiri dengan imajinasi yang tidak terbatas. Namun, anak juga bisa bermain bersama temannya sehingga imajinasi semakin berkembang dan mereka sanggup saling bertukar ilham serta pengalaman.
1. Pengertian Bermain
Bermain yaitu kegiatan yanga bawah umur lakukan sepanjang hari lantaran bagi anak bermain yaitu hidupdan hidup yaitu bermain (Mayesty,1990:196-197). Anak usia dini tidak membedakan antara bermain mencar ilmu dan bekerja. Anak – anak umum nya menikmati permainan dan akan terus melaksanakan dimanapun mereka berada dan mempunyai kesempatan untuk bermaian.
Piaget dalam Mayesti (1990:42) menyampaikan bahwa bermain yaitu sesuatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan akan mengakibatkan kesenangan, kepuasan bagi diri sendiri, sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang bahwa bermain yaitu sebagai sarana sosialisasi dibutuhkan melalui bermain sanggup memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan mencar ilmu secara me nyenangkan.
Emmy Budiati (2008) Bermain merupakan kebutuhan bagi anak, lantaran melalui bermain anak akn merasa senang, dan bermain yaitu suatu kebutuhan yang sufah ada (inhem) dalam diri anak. Dengan demikian anak sanggup mempelajari banyak sekali keterampialan dengan bahagia hati, tanpa merasa di paksa atau pun ter paksa ketika kegiatan bermain. Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan ketrampilan dan kecerdasan anak semoga lebih siap menuju pendidikan selanjutnya. Kecerdasan anak tidak hanya di tentukan oleh skor tunggal yang di ungkap melalui tes intelegensi saja akan tetapi anak juaga mempunyai sejumplah kecerdasan jamak yang berwujud keterampilan dan kemampuan.
Contohnya saat menolong sobat tidak saling berebut dan bertengkar kesediaan menyebarkan dan kedisiplinan, berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.
Sebagai mana plato dan Aristoteles, frobel menganggap kalau bermain sebagai legiatan yang mempunyai nilai praktis. Artinya, bermain sebagai media untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Bermain juga berfungsi sebagai sarana refresing untuk memulihkan tenaga seseorang sehabis lelah bekerja dan dihinggapi rasa jenuh.
Jadi kalau semenjak awal perkembangan nya anak di kondisikan pada bidang yang di minatinya maka anak akan semakin meningkat pengetahuan nya akan bidang yang ditekuni telak. Sedangkan Frobel berdasarkan pengalaman nya sebagai pengajar, lebih menekan kan pentingnya bermain dalam belajar, ia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak sanggup dipakai untuk menarik perhatian kepada anak dan bisa untuk mengembangkan pengetahuan mereka.
Bermain merupakan suatu acara yang pribadi dan spontan. Bermain sanggup diartikan sebagai suatu kegiatan yang dipakai untuk banyak sekali tujuan yang menyenangkan. Menurut Roger, Cosby S. dan Janet K. Sawyers (1995) setiap anak ingin selalu bermain, alasannya yaitu dengan bermain anak merasa rileks, bahagia dan tidak tertekan. Di mananapun, dalam kondisi apapun, anak akan berusaha mencari sesuatu untuk sanggup dijadikan mainan. Kita sanggup mengamati anak-anak di kota besar, desa, pantai, maupun gunung yang selalu asyik dengan permainan yang mereka jumpai di lingkungan masing-masing. Anak-anak selalu bermain dengan riang, kalau bermain bersama teman-teman sebaya.
1. Pengertian Bermain
Bermain yaitu kegiatan yanga bawah umur lakukan sepanjang hari lantaran bagi anak bermain yaitu hidupdan hidup yaitu bermain (Mayesty,1990:196-197). Anak usia dini tidak membedakan antara bermain mencar ilmu dan bekerja. Anak – anak umum nya menikmati permainan dan akan terus melaksanakan dimanapun mereka berada dan mempunyai kesempatan untuk bermaian.
Piaget dalam Mayesti (1990:42) menyampaikan bahwa bermain yaitu sesuatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan akan mengakibatkan kesenangan, kepuasan bagi diri sendiri, sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang bahwa bermain yaitu sebagai sarana sosialisasi dibutuhkan melalui bermain sanggup memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan mencar ilmu secara me nyenangkan.
Emmy Budiati (2008) Bermain merupakan kebutuhan bagi anak, lantaran melalui bermain anak akn merasa senang, dan bermain yaitu suatu kebutuhan yang sufah ada (inhem) dalam diri anak. Dengan demikian anak sanggup mempelajari banyak sekali keterampialan dengan bahagia hati, tanpa merasa di paksa atau pun ter paksa ketika kegiatan bermain. Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan ketrampilan dan kecerdasan anak semoga lebih siap menuju pendidikan selanjutnya. Kecerdasan anak tidak hanya di tentukan oleh skor tunggal yang di ungkap melalui tes intelegensi saja akan tetapi anak juaga mempunyai sejumplah kecerdasan jamak yang berwujud keterampilan dan kemampuan.
Contohnya saat menolong sobat tidak saling berebut dan bertengkar kesediaan menyebarkan dan kedisiplinan, berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.
Sebagai mana plato dan Aristoteles, frobel menganggap kalau bermain sebagai legiatan yang mempunyai nilai praktis. Artinya, bermain sebagai media untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Bermain juga berfungsi sebagai sarana refresing untuk memulihkan tenaga seseorang sehabis lelah bekerja dan dihinggapi rasa jenuh.
Jadi kalau semenjak awal perkembangan nya anak di kondisikan pada bidang yang di minatinya maka anak akan semakin meningkat pengetahuan nya akan bidang yang ditekuni telak. Sedangkan Frobel berdasarkan pengalaman nya sebagai pengajar, lebih menekan kan pentingnya bermain dalam belajar, ia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak sanggup dipakai untuk menarik perhatian kepada anak dan bisa untuk mengembangkan pengetahuan mereka.
Bermain merupakan suatu acara yang pribadi dan spontan. Bermain sanggup diartikan sebagai suatu kegiatan yang dipakai untuk banyak sekali tujuan yang menyenangkan. Menurut Roger, Cosby S. dan Janet K. Sawyers (1995) setiap anak ingin selalu bermain, alasannya yaitu dengan bermain anak merasa rileks, bahagia dan tidak tertekan. Di mananapun, dalam kondisi apapun, anak akan berusaha mencari sesuatu untuk sanggup dijadikan mainan. Kita sanggup mengamati anak-anak di kota besar, desa, pantai, maupun gunung yang selalu asyik dengan permainan yang mereka jumpai di lingkungan masing-masing. Anak-anak selalu bermain dengan riang, kalau bermain bersama teman-teman sebaya.
Kebutuhan bermain sangatlah mutlak bagi perkembangan anak. Lingkungan dan orang remaja ,dalam hal ini orangtua, maupun guru perlu memfasilitasi kebutuhan anak dengan menyediakan banyak sekali permianan yang sanggup mendukung perkembangan anak. Tentu saja permainan dan alat bermainnya tersebut bukanlah suatu yang harus bernilai ekonomi tinggi atau mahal, tetapi apapun sanggup dijadikan alat bermain. Misalnya daun sanggup dijadikan alat hitung untuk mengembangkan konsep matematika, dengan memakai daun anak sanggup mengklasifikasikan jenis-jenis daun, mengenali bentuk daun, mengenali warna daun, memahami manfaat daun dan sebagainya. Daun juga sanggup mengembangkan konsep sains dan sanggup dijadikan materi kreasi seni untuk anak. Indonesia negeri yang kaya sumber alam yang masih sanggup kita eksplorasi untuk dijadikan alat bermain.
Bagaimana anak bermain ? Anak bermain sesuai dengan tahapan usianya, dengan pikirannya sendiri, dengan perasaannya sendiri, dengan pengertiannya sendiri dan dunianya sendiri. Anak bermain ditentukan oleh dirinya sendiri, orang lain disekitarnya, lingkungannya, kemampuan dirinya dan kemampuan orang lain dan lain sebagainya sebagai faktor lain yang mempengaruhinya. (Bronson, 1995). Untuk itu, satu bentuk permainan atau alat permainan semestinya diciptakan dengan tujuan yang terperinci sehinggga pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dari anak akan sanggup dicapai. Melalui bermain anak tidak saja sanggup tumbuh secara fisik tetapi juga sanggup berkembang secara psikis. Oleh alasannya yaitu itu banyak sekali bentuk permainan harus berisi kegiatan-kegiatan yang melibatkan aspek fisik dan psikis harus sanggup terwujud. (Johnson, 1990; Singer dan Singer, 1990; Smilansky, 1990).
Bermain membawa impian perihal dunia yang memperlihatkan kegembiraan, memungkinkan anak berkhayal tentang sesuatu atau seseorang. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak lantaran melalui bermain anak sanggup memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, social, nilai dan sikap hidup. Bermain dilakukan dengan perasaan senang, sukarela dan imajinatif. Anak bahagia bermain lantaran melalui bermain anak memperoleh suatu cara untuk mengetahui dan mencoba melaksanakan sesuatu dengan benda yang ada di sekitarnya. Dengan demikian fungsi bermain tidak saja sanggup meningkatkan perkembangan kognitif dan social, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral, kreativitas, dan perkembangan fisik anak.
2. Tujuan bermain
Pada dasrnya bermain mempunyai tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui bermain yang kreatif, interaktif dan terintregrasi dengan lingkungan bermain anak.
Elkonin dalam Catron dan Allen (1999:163) salah seorang murid dari Vygodsky menggambarkan empat prinsip bermain yaitu.
a) Dalm bermain anak mengembangkan sistem untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mengetahui tujuan yang kompleks
b) Kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui hukum – hukum dan menegosiasikan hukum bermain.
c) Anak memakai suatu replika untuk menggantikan prodak konkret kemudian mereka menggantikan suatu prodak yang berbeda, kemampuan memakai simbul termasuk kedalam perkembangan berfikir abnormal dan imajinatif.
d) Kehati –hatian dalam bermain mungkin terjadi lantaran anak perlu mengikuti hukum permainan yang telah di tentukan bersama sobat lain nya.
Untuk mendukung hal tersebut seorang anak bisa melaksanakan pembelajaran yang situasinya merupakan imajinasi anak tersebut atau yang bisa di sebut dengan bermain sosiodrama bermain pura – pura atau bermain drama.
Beberapa tujuan dari bermain dan permainan anak sebagai berikut
a. Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggungjawab dalam kehidupan sehari- hari.
b. Melatih sikap ramah dan suka bekerja sama dengan teman, menujukkan kepedulian.
c. Menanamkan budipekerti yang baik.
d. Melatih anak untuk berani dan menantang ingin mempunya rasa ingin tahu yang besar.
e. Melatih anak untuk menyayangi dan mengasihi lingkungan dan ciptaan tuhan.
f. Melatih anak untuk mencari banyak sekali konsb moral yang fundamental ibarat salah, benar, jujur, adil dan fair.
3. Fungsi bermain
Pada awal kurun yang lalu, Sigmund Freud sudah mengemukakan bahwa kegiatan bermain memungkinkan tersalurnya dorongan – dorongan instingtual anak dalm meringankan snak pada beban mental. Kegiatan bermain merupakan sarana yang kondusif yang sanggup dipakai untuk mengulan ulang pelaksanan dorongan – dorongan itu dan juga reaksi – reaksi mental yang mendasarinya .
Wolfgang dan wolfgang (1999:32-37) beropini bahwa terdapat sejumplah nilai- nilai dalam bermain (the value of play) yaitu bermain sanggup mengembangkan keterampilan sosial, emosional, koknitif .dalam pembelajaran terdapat banyak sekali kegiatan yang mempunyai dampak dalam perkembangan anak, sehingga sanggup di identifikasikan bahwa fungsi bermain antara lain:
a. Berfungsi untuk mencerdaskan otot pikiran.
b. Berfungsi untuk mengasah panca indra.
c. Berfungsi sebagai media terapi.
d. Berfungsi untuk memacu kreatifitas.
e. Berfungsi untuk melatih intelektual.
f. Berfungsi utuk menemukan sesuatu yang baru.
g. Berfungsi untuk melatih empati.
4. Ciri-ciri Bermain
Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak mempunyai beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
Bermain dilakukan atas dasar sukarela, bukan paksaan.
Bermain merupakan kegiatan untuk dinikmati, itu sebabnya bermain selalu menyenangkan, mengasyikkan dan menggairahkan.
Tanpa imbalan apapun, kegiatan bermain itu sendiri sudah menyenangkan.
Bermain lebih mementingkan proses daripada tujuan. Tujuan bermain yaitu kegiatan bermain itu sendiri.
Bermain menuntut partisipasi aktif, baik secara fisik maupun secara psikis.
Bermain itu bebas dilakukan oleh anak. Bebas menciptakan hukum sendiri dan mewujudkan fantasinya.
Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan anak sebagai pelaku.
5. Manfaat Bermain
Beberapa andal pendidikan diantaranya Plato, Aristoteles, dan Frobel menganggap bahwa bermain sebagai suatu kegiatan yang mempunyai manfat konkret bagi anak. Artinya bermain dipakai sebagai media untuk menguatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.
Walaupun acara bermain yaitu kegiatan bebas yang impulsif dan tidak selalu mempunyai tujuan duniawi yang terperinci tetapi bermain sendiri banyak mempunyai manfaat yang positif bagi anak, diantaranya :
- Bagi perkembangan aspek fisik: anak berkesempatan melaksanakan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan badan yang menciptakan badan anak sehat dan otot-otot badan menjadi kuat.
- Bagi perkembangan aspek motorik halus dan kasar: dalam bermain dibutuhkan gerakan dan koordinasi badan (tangan, kaki, dan mata).
- Bagi perkembangan aspek emosi: dengan bermain anak sanggup melepaskan ketegangan yang ada dalam dirinya. Anak sanggup menyalurkan perasaan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang menciptakan anak lega dan relaks.
- Bagi perkembangan aspek kognisi: dengan bermain anak dapat mencar ilmu dan mengembangkan daya pikirnya.
- Bagi perkembangan alat pengindraan: aspek penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan) perlu diasah semoga anak lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal yang ada disekitarnya.
- Dapat mengembangkan keterampilan olah raga dan menari.
- Sebagai media terapi, lantaran selama bermain sikap anak akan tampil lebih bebas dan bermain yaitu suatu yang alamiah pada diri anak.
- Sebagai media intervensi: bermain sanggup melatih konsentrasi (pemusatan perhatian pada kiprah tertentu) ibarat melatih konsep dasar warna, bentuk, dan lain-lain.
Untuk mencapai manfaat positif dari bermain maka dibutuhkan alat permainan yang sempurna untuk anak, yaitu dalam pemilihan alat permainan sebaiknya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Alat permainan tidak berbahaya bagi anak.
- Bukan pilihan orang bau tanah tetapi berdasarkan minat anak terhadap mainan tersebut.
- Alat permainan sebaiknya beraneka macam, sehingga anak sanggup bereksplorasi dengan banyak sekali macam alat permainannya.
- Tingkat kesulitan sebaiknya diubahsuaikan pada rentang usia anak, alat permainan tidak terlalu sulit dan juga tidak terlalu gampang bagi anak.
- Peralatan permainan yang tidak terlalu rapuh.
- Tidak menentukan alat permainan yang berdasarkan urutan usia, lantaran ada anak yang lambat perkembangan fisik dan mentalnya dari bawah umur seusianya atau juga sebaliknya, maka yang menjadi dasar pemilihan alat permainan lebih pada perkembangan fisik dan mental anak secara individu.
Semua kegiatan bermain sanggup memakai alat-alat permainan tertentu sesuai dengan kebutuhan anak masing-masing, yang terpenting dalam pelaksanaannya harus menyenangkan dan menarik untuk anak, sehingga ia melakukannya dengan minat dan perasaan bahagia tanpa ada keterpaksaan. (Mayke. Soegianto, 1999). Alat permainan ibarat boneka dan hewan sanggup merangsang kegiatan bermain khayal. Sedangkan tersedianya permainan balok-balok, cat air, keping-keping plastik untuk dirakit sanggup mendorong anak bermain konstruktif. Sangat bijaksana bila guru dan orang bau tanah sanggup menyediakan alat permainan yang bervariasi sehingga banyak sekali jenis kegiatan bermain sanggup dilakukan anak dan sangat berarti untuk mengembangkan banyak sekali aspek perkembangan anak secara optimal.
Sumber : Dra. Sofia Hartati, M.Si, Bermain dan Penataan Lingkungan Main, Bahan Penataran Pendidik PAUD, PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NON FORMAL (PTKPNF)-PMPTK-DEPDIKNAS Tahun 2009.
Referensi :
Phelp, Pamela C. Beyond Centers and Circle Time: Scaffolding and Assesing The Play of Young Children. Florida: The Creative Center for Childhood Research and Traning , Inc. (CCCRT), 2005.
Phelp, Pamela C. Beyond Cribs Rattles. Playfully Scafolding the Development of Infant and Toddlers. Florida: The Creative Center for Childhood Research and Traning , Inc. (CCCRT), 2005.
Wolfgang, Charles H, Bea Mackender, Mary E. Wolfgang. Growing and Learning through Play. USA: Judy/Instructo, 1981.
Dockett, Sue dan Marilyn Fleer, Play and Pedagogy in Early Childhood, Australia: Thomson Learning Inc., 2002.
Moyles, Janet R, The Excellence of Play, Bristol: Open University Press, 1995
Roger, Cosby S. and Janet K. Sawyers, Play in The Lives of Children, Washington DC: National Association For The Young Children, 1995.
Seefeldt, Carol & Nita Baurbor, Early Childhood Education, Columbus: Meril Publishing Company, 1990.
Referensi :
Phelp, Pamela C. Beyond Centers and Circle Time: Scaffolding and Assesing The Play of Young Children. Florida: The Creative Center for Childhood Research and Traning , Inc. (CCCRT), 2005.
Phelp, Pamela C. Beyond Cribs Rattles. Playfully Scafolding the Development of Infant and Toddlers. Florida: The Creative Center for Childhood Research and Traning , Inc. (CCCRT), 2005.
Wolfgang, Charles H, Bea Mackender, Mary E. Wolfgang. Growing and Learning through Play. USA: Judy/Instructo, 1981.
Dockett, Sue dan Marilyn Fleer, Play and Pedagogy in Early Childhood, Australia: Thomson Learning Inc., 2002.
Moyles, Janet R, The Excellence of Play, Bristol: Open University Press, 1995
Roger, Cosby S. and Janet K. Sawyers, Play in The Lives of Children, Washington DC: National Association For The Young Children, 1995.
Seefeldt, Carol & Nita Baurbor, Early Childhood Education, Columbus: Meril Publishing Company, 1990.
0 Response to "Pengertian Dan Teori Bermain"
Post a Comment