Cara Mengajar Membaca Yang Baik

Untuk mengajari anak membaca, cara yang efektif yaitu Berdasarkan teori perkembangan, dalam teori perkembangan belum dewasa sebelum berguru mengenal hal-hal yang abnormal didahului dengan mengenal hal-hal yang kasatmata terlebih dahulu, kemudian semi kasatmata dan gres kemudian hal-hal yang abstrak.
Mengajar anak  (terutama anak masih usia dini atau balita)  Belajar Membaca perlu kesungguhan dan kesabaran dari pihak guru maupun orangtua. Walau demikian kondisinya, masih banyak orang renta menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru. Padahal kiprah guru yaitu sebagai pemberi konsep awal untuk berguru membaca, cara mebaca, dan teknik mengucapkan bacaan. Selebihnya yaitu tanggung jawab dan kiprah orang renta dirumah, mengingat lebih banyaknya prosentasi waktu dirumah daripada disekolah maupun di daerah pendidikan yang lain semisal daerah les atau bimbel. Orangtua pun sebaiknya ikut berusaha membimbing bagaimana caranya semoga anak cepat bisa membaca dengan baik. Harus disadari, pertama-tama yang bertanggung jawab soal pendidikan anak (apalagi balita) yaitu orang renta atau keluarga. Pihak yang lain yaitu Cuma sebagai motifator dan pembimbing aja.

Hasil temuan, teori-teori, atau teknik-teknik pembelajaran sepantasnyalah menjadi refrensi orang tua. Kalau tidak, sebagian anak yang kurang konsentrasi akan merasa kesulitan menangkap bahan yang di sampaikan.

Membaca Bukan Mengeja
Membaca sudah sanggup diajarkan pada balita, bahkan lebih efektif daripada sudah memasuki usia sekolah (6 tahun). Menurut pengalaman, bahwa anak umur 4 tahun lebih efektif daripada umur 5 tahun. Umur 3 tahun lebih gampang daripada 4 tahun. Jelasnya, makin kecil makin gampang untuk diajar — tentu dalam batas anak kalau sudah mulai bisa bicara, mengucapkan konsonan dengan benar.

Anak  balita bisa menyerap gosip secara luar biasa. Semakin muda umur anak, semakin besar daya serapnya terhadap gosip baru. Belajar bagi anak yaitu sesuatu yang mengasyikkan. Karena berguru mengasyikkan, maka ia bisa menguasai lebih cepat.

Mengajar anak membaca bukan dengan mengeja menyerupai cara konvensional di sekolah yang dimulai pengenalan nama huruf, kemudian mengenal suku kata, barulah mengenal kata, jadinya kalimat. Mengajar anak  membaca yaitu dengan cara mengenalkan satu kata yang bermakna dan kata itu sudah bersahabat pada pikiran anak atau sudah sering di ucapkan sebelumnya. Seperti pola :  Anak berguru membaca alasannya yaitu hafal konsonannya (suara) seperti:  “a – i – u – e – o “ saat dibolak balik  menjadi “ i – o – u – e – a “ anak akan membaca  sama yaitu tetap  membaca “a – i – u – e – o “. Karena image anak akan menangkap secara konsonan, bukan secara konsep. Disini anak akan terlalu usang untuk memahami bentuk huruf, apalagi bagi anak yang kurang konsentrasi. Anak berguru membaca dengan konsep.  Dalam tahap awal anak diajarkan dulu bentuk bunyi. “a – i – u – e – o “ Setelah anak hafal bentuk bunyi, kemudian anak di ajarkan (dipahamkan) bentuk huruf menyerupai “a – i – u – e – o “ dengan cara dibolak balik menjadi “ i – o – u – e – a “. . “o – u – e  – i – a “ dan lain sebagainya hingga anak benar  paham bentuk huruf, dan hal ini tidak membutuhkan waktu yang lama.

Selanjutnya sehabis anak paham bentuk konsonan dan bentuk huruf diatas maka anak akan mulai memasuki tahap berguru membaca dengan tidak mengeja, dengan metode penggabungan antara bentuk konsonan dan bentuk huruf. Yang di terapkan secara sedikit demi sedikit dan tersusun (konstruktif) dari awal hingga akhir.

Metode ini tidak mengharuskan anak harus menghafal dulu huruf karakter (a – z). tetapi anak diajarkan dengan sistem silang, dan sistim gabung, anak diajarkan memahami huruf yang terletak dibelakang huruf mati.

Contoh :

“a = ba, “o = bo, “i = bi, “e = be ….dst

Disini anak akan cepat menangkap dan membedakan bentuk dan bunyi huruf.



Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep

Dengan metode ini dibutuhkan Anak sanggup mencapai Empat tingkat konsep berguru membaca yaitu :

1). Tingkat konkret

Pencapaian tingkat ini ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu bunyi huruf dan bentuk huruf. Anak akan bisa mengidentifikasi bahwa itu yaitu bunyi dan bentuk huruf. Anak  bisa membedakan huruf dengan bunyi dan bentuk. Disini anak sudah bisa menyimpan citra bentuk dan bunyi huruf dalam struktur kognitifnya secara mudah.

2). Tingkat identitas

Anak sanggup mencapai tingkat konsep identitas apabila ia mengenal suatu huruf sehabis selang waktu tertentu. Misalnya mengenal dan dengan impulsif menyebut huruf “ C “ saat ia melihat majalah atau papan nama di pinggir jalan.

3). Tingkat klasifikatori

Pada tingkat ini anak sudah bisa mengenal persamaan dari pola yang berbeda. Misalnya anak bisa membedakan antara huruf (a) dibelakang huruf (b) maka dengan reflek anak akan menyebutnya (ba), bukan menyebut per huruf yaitu (b – a = ba) …..dst

4). Tingkat formal

Pada tingkat ini anak sudah bisa membatasi suatu kalimat dengan kalimat lain, membedakannya, memilih ciri-ciri, bahkan hingga mengevaluasi atau menunjukkan pola secara verbal. Seperti: ini gajah, maka anak akan menggambarkan bahwa bentuk gajah itu besar, kupingnya lebar, belalainya panjang…dst

Demikian cara mengajar membaca untuk anak yang baik, goresan pena di atas hanyalah salah satu cara dan salah satu metode dari beberapa metode yang kini banyak digunakan, masing-masing metode tentu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi sebagus apapun metode yang dilakukan jikalau tanpa memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak, maka tidak akan efektif dilaksanakan. Demikian semoga goresan pena ini bermanfaat, terima kasih.

Sumber https://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/

0 Response to "Cara Mengajar Membaca Yang Baik"

Post a Comment

wdcfawqafwef