----Seperti kita ketahui bersama, pendidikan bagi anak usia dini sangatlah penting, menyangkut kepentingan anak dan membantu anak dalam menjalani proses perkembangannya. Seto Mulyadi, psikolog dan pemerhati pendidikan anak menggagaskan aliran cemerlang wacana pendidikan dan perkembangan anak, "keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan para orang bau tanah dan guru dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, dimana setiap anak dilihat sebagai individu yang mempunyai potensi-potensi yang berbeda satu sama lain namun saling melengkapi dan berharga," (Membukaa Masa Depan Anak-anak Kita, 2000).
Hal ini tidaklah jauh berbeda dengan apa yang diperlukan seluruh masyarakat bangsa kita dari sepak terjang dunia pendidikan di tanah air, di mana pendidikan semestinya lebih memperhatikan, mepertimbangkan serta mempertenggangkan perkembangan anak.
Pada konteks pendidikan model ibarat konsep ini, hati memegang peranan kunci dalam mempersiapkan hari depan bawah umur bangsa menjadi generasi yang siap membangun Indonesia menuju negeri yang hening dan sejahtera, adil dan makmur. Berhadapa dengan kiprah penting ini, LPA, para fasilitator tunjangan anak akan menjadi mitra, corong, bunyi yang terus menerus memperlihatkan penyadaran bagi masyarakat luas, masyarakat pendidikan, penyelenggara pendidikan, pemerintah, orang bau tanah untuk gotong royong menemukan jalan dan cara yang tepat, mempersiapkan anak menyambut hari depan.
Sesungguhnya LPA dan sejumlah fasilitator pada komitnya bukan saja hadir menangani masalah seputar hak anak dalam konteks masyarakat umum tetapi yang paling pertama yaitu juga dalam konteks masyarakat umum tetapi yang paling penting pertama yaitu juga dalam konteks situasi dunai anak di tengah proses pendidikan dalam hal ini lingkungan sekolah dan keluarga yang menjadi "rumah" pertama yang ramah bagi anak dan perkembangannya.
Meskipun banyak sekali pemahaman tantan anak dan dunianya menjadi topok pembicaraan yang terus menerus diperdengarkan kembali memlalui banyak sekali kegiatan berwawasan pemahaman wacana anak dan dunianya demi mengurangi tindakan kekerasan terhadap anak, tetapi tetap saja kekerasan ini ada bahkan dilakukan oleh guru atau orang tua, orang remaja yang konon ceritanya paling tahu dan paham bagaimana menghadapi anak dan dunia serta kehidupannya.
Anak ktidak lagi didorong daya eksplorasinya, daya cipta, dengan acara yang menumbuhkan kepekaan sosial serta menjembatani kemajemukan dan keragaman masyarakat. Yang ada hanya sejumlah tuntutan untuk "harus ini dan harus itu," ikut kemauan guru atau orang tua. Hal ini terperinci terbaca dalam banyak sekali informasi seputar kasus pemukulan atau kekesaran pada anak oleh guru atau orang bau tanah gara-gara tidak mengikuti perintahnya.
Kenyataan ini melahirkan satu pertanyaan fundamental untu kita renungkan, jujur dan tuluskah kita menghargai anak sebagai langsung yang sanggup membuatkan diri secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya?
Barangkali itu masih jauh berada di belakang pikiran, perasaan kita sehingga perlakuan kita terhadap anak tetap saja semena-mena dan perhatian kita terhadap dunianya masih saja menjadi nomor kesekian, dan lebih jelek lagi kita seing memperlakukan anak sebagai orang remaja ini yang harus mengikuti kemampuan kita tanpa mempertimbangkan dunia mereka yang masish serba polos, bebas.
Berbicara wacana anak dan dunianya, hati dan pikiran kita tertuju kepada masa depan dimana terciptanya suasana yang paling menyenangkan. Namun kenyataan yang terjadi, sehingga besar bawah umur di tanah air tenyata tidak mengalami indah dan menyenangkan masa kanak-kanak itu. Berbagai perlakuan jelek atau isu tak sedap seputar dunia anak selalu menjadi bahkan mungkin selama Indonesia merdeka. Ada tindakan pemerkosaan, eksploitasi, pembunuhan, penyiksaan, perdagangan anak, pekerja anak, hingga pada masalah gizi jelek alasannya yaitu kemiskinan yang mengakar dalam, hal ini menciptakan anak menderita dan tidak lagi sanggup menikmati dunianya. Pada titik ini kalau merenungkan wacana anak dan dunianya artinya kita harus mengakui betapa besar kiprah anak dalam kehidupan ini.
Memandang anak dan dunianya sama artinya membuka ruang dalam kehidupan ini untuk ditempati sebuah keadilan, keterbukaan hati dan kesiapan untuk selalu nrimo mendidik mendampingi anak.
Anak dipersiapkan untuk membuka hati, membuka diri terhadap banyak sekali perubahan, situasi, keadaan yang serba jelek sekalipun sambil berani untuk berkonfrontasi dengan keadaan dengan memanfaatkan banyak sekali sumber daya termasuk kekuatan dirinya.
Karena itu hati menjadi tangga dasar yang senantiasa terbuka dan tanggap terhadap harapan anak sesuai perkembangan usia maupun kemampuan intelegensi dan emosionalnya. Usaha ini sanggup menjawab apa yang menjadi kebutuhan dasar anak dalam perkembangannya yakni ingin tahun dan mencoba, meniru, menemukan yang menciptakan dirinya berkembang seimbang dalam kaitan dengan kecerdasan ganda (multiple intelegece) yang dimiliki setiap anak.
Dengan demikian membiarkan anak untuk bekembang penuh kebebasan menjadi tanggung jawab bersama, menjadi sebuah tuntutan kultural dan bangsa ini harus ditegakan alasannya yaitu kebudayaan yang berkembang selaras zaman pun tidak bakal maju bila kita tidak berani memandang memandang anak dan dunianya sebagai kekuatan besar untuk kemajuan bangsa. Semoga artikel ini bermanfaat. mohon dishare untuk orang tua, guru pendidik dan pelaku pendidikan PAUD kalau dirasa ini sangat penting untuk bawah umur kita bersama. terimakasih.
* * *
0 Response to "Pendidikan Yang Intensif Demi Perkembangan Anak"
Post a Comment